SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
DESA TEGALGUBUG
KECAMATAN ARJAWINANGUN KABUPATEN CIREBON
JAWA BARAT
Oleh : Moh. Azhari Maghfuri
BAB I
SEJARAH DESA TEGALGUBUG
Sejarah Terbentuknya Desa Tegalgubug
"Kisah Masyarakat Cirebon. Tegalgubug. Saksi Bisu Cinta Asmara Ki Suro", dari Kitab Laygesta, karangan Ki Bandaluki, Cirebon 1772. Berdasarkan kronologis sejarah, bahwa terbentuknya Desa Tegalgubug tak lepas dari perjalanan sejarah masa lampau terbukti dari pendiri Desa Tegalgubug yaitu seorang pengawal Kanjeng Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) salah seorang wali kutub dari wali songo. Seorang wali tersebut bernama Syaikh Muhyiddin Waliyullah / Syaikh Abdurrahman / Ing Singa Sayahsyayuda yang lebih dikenal dengan Ki Suro / Ki Suropati (Ki Gede Suro), sebagaimana kilasan sejarah dibawah ini :
Setelah perang besar antara kerajaan Talaga (Nama sebuah kerajaan kecil sebelah barat daya Cirebon Cikijing Majalengka Cirebon) dan Galuh (Raja Galuh) bekas pusat kerajaan pajajaran (Jatiwangi Majalengka Cirebon) melawan kesultanan Cirebon, kerajaan Talaga dan Galuh dapat ditaklukkan, akhirnya masyarakat Talaga memeluk Islam.
Kemudian Sunan Gunung Jati dalam penyiaran Agama Islam di Negeri Talaga dan Galuh mengutus beberapa orang penggeden (Pembesar) yang memiliki banyak ilmu dan kesaktian tinggi, untuk memberikan pengawasan terhadap bekas taklukan kesultanan Cirebon, karena masih ada bekas pepatih (Adipati) yang tak suka dengan Agama Islam, kemudian diantara para penggeden (Pembesar) yang diutus itu adalah Ki Suro. Seorang penggeden (Pembesar) yang terkenal sakti mandraguna berasal dari Negeri Arab (Sumber lain mengatakan dari Mesir atau Baghdad) yang nama aslinya Syaikh Muhyiddin Waliyullah (Sumber lain mengatakan Syaikh Abdurrahman) yang sudah dua tahun tinggal di Keraton Cirebon, sebagai santri (murid) Sunan Gunung Jati, lalu setelah dianggap cukup ilmunya oleh Syaikh Syarif Hidayatullah ia diutusnya untuk membantu menyebarkan agama islam keseluruh pelosok penduduk Jawa Barat, dalam perjalanan penyebaran agama islam banyak mendapat tanggapan baik dari rakyat, namun tak jarang rintangan yang dihadapinya, beliau harus perang tanding dengan para penggeden (Penguasa) pedukuhan tersebut. Namun berkat kesaktian ilmunya yang mandraguna mereka dapat ditaklukkan dan mereka memeluk agama islam.
Sumber lain mengatakan Ki Suro datang ke Jawa tepatnya Cirebon bukan berguru atau nyantri (Littawadhu') pada Sunan Gunung Jati, tapi untuk membantu menyebar luaskan agama islam.
Lalu atas jasa dan ilmu kesaktiannya, Syaikh Muhyiddin Waliyullah / Syaikh Abdurrahman diangkat oleh Syaikh Syarif Hidayatullah menjadi pepatih (Adipati) unggulan atau panglima tinggi (Pengawal Syaikh Syarif Hidayatullah) di Negeri Cirebon dengan gelar Ki Suro (Patih Suro).
Setelah diberi gelar Ki Suro, Syaikh Syarif Hidayatullah memerintahkan Ki Suro bertandang ke pondok Ki Pancawala (Seorang pembesar kerajaan Talaga) untuk membawakan kitab suci Al-Qur'an yang berjumlah banyak sebagai pedoman di Negeri Talaga dan Galuh, namun ditengah perjalanan menuju Negeri Talaga, menemui adegan sayembara merebutkan seorang putri cantik, barang siapa yang mampu mengalahkan Ki Wadaksi (seorang pembesar kerajaan Talaga) akan dijodohkan atau dikawinkan dengan putrinya yang bernama Nyi Mas Wedara, lalu Ki Suro ikut sayembara untuk mengetahui ilmu Ki Wadaksi, akhirnya Ki Wadaksi dapat dikalahkan dan kemudian memeluk agama islam bersama murid – muridnya. Setelah sayembara selesai putri Ki Wadaksi diserahkan kepada Raden Palayasa yang sebelumnya saling mencintai.
Kemudian Ki Suro dibawa oleh Ki Pancawala dipondoknya, dan dijamunya dengan jamuan istimewa, dengan senang hati Ki Pancawala di datangi Ki Suro, namun dalam jamuan istimewa itu Ki Suro terpesona melihat putri Ki Pancawala yang bernama Nyi Mas Ratu Antra Wulan, dalam hati Ki Suro punya keinginan menjadikan pendamping hidupnya. Namun sebelum Ki Suro mengatakan keinginan hatinya untuk meminang Nyi Mas Ratu Antra Wulan, Bapaknya Nyi Mas Ratu Antra Wulan yaitu Ki Pancawala, sudah mengatakan bahwa putrinya akan diserahkan kepada Sunan Gunung Jati yang diharapkan menjadi istrinya, dan meminta Ki Suro bersedia mengantarkannya ke Keraton Cirebon.
Dalam menempuh sebuah perjalanan panjang, naik gunung turun gunung, masuk hutan keluar hutan, dari Negeri Talaga menuju Keraton Cirebon, Ki Suro yang mengiringi Nyi Mas Ratu Antra Wulan. Kemudian Ki Suro dan Nyi Mas Ratu Antra Wulan beristirahat menghilangkan rasa letih disebuah gubug kecil ditengah – tengah hutan belantara. Kemudian setelah selesai istirahat beliau melanjutkan kembali perjalanan menuju Keraton Cirebon, namun sebelum Ki Suro melanjutkan perjalanan tiba – tiba dikejutkan dengan kedatangan Nyi Mas Rara Anten, yang meminta Nyi Mas Ratu Antra Wulan untuk dijodohkan dengan putranya. Kemudian terjadilah perang tanding yang seru namun akhirnya Nyi Mas Rara Anten dapat dikalahkan.
Kemudian perjalanan dilanjutkan kembali, setelah sampainya di Keraton Cirebon, Ki Suro menyerahkan Nyi Mas Ratu Antra Wulan dan menyampaikan amanat Ki Pancawala kepada Sunan Gunung Jati. Namun amanat Ki Pancawala yang menginginkan anaknya menikah dengan Sunan Gunung Jati tidak diterimanya dengan cara halus, karena Sunan Gunung Jati sesungguhnya telah mengetahui bahwa Ki Suro menyukai Nyi Mas Ratu Antra Wulan. Karena itu Sunan Gunung Jati memerintahkan Ki Suro menikah dengan putri Ki Pancawala.
Kemudian setelah Ki Suro dan Nyi Mas Ratu Antra Wulan sudah menjadi suami istri (menikah), selanjutnya membangun pedukuhan atau perkampungan disebuah tegalan ditengah – tengah hutan yang dahulu terdapat gubug kecil dan yang pernah disinggahi sewaktu dalam perjalanan.
Kemudian pedukuhan itu atas restu dan izin Sunan Gunung Jati diberi nama "TEGAL GUBUG" yang mana nama tersebut terdiri dari dua suku kata yaitu : Tegal dan Gubug.
· Tegal artinya : Tanah yang dicangkul untuk ditanami.
· Gubug artinya : Rumah kecil yang terbuat dari bambu dan atapnya dari daun alang – alang
atau daun tebu.
Jadi Tegalgubug adalah : Sebuah rumah kecil yang sangat sederhana terbuat dari bambu,
yang disekitarnya terdapat tegalan (Galengan) yang siap ditanami.
Peristiwa terbentuknya nama TEGALGUBUG ini terjadi sekitar tahun 1489. sekitar akhir abad ke 15 pada saat Kesultanan Cirebon dipimpin oleh Kanjeng Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) Cirebon yang merupakan salah satu wali dari wali songo yang dituakan ilmunya oleh rekan – rekannya.
Setelah terbentuk sebuah nama pedukuhan atau perkampungan Tegalgubug, kemudian Ki Suro melanjutkan misinya untuk menyebarkan agama islam di kampung tersebut, terbukti dengan pesatnya agama islam yang disebarkannya kepada masyarakat sekitar yang ketika itu masih mempercayai (menganut, mengikuti) agama Nenek moyangnya yaitu : Animisme (Aliran atau kepercayaan terhadap benda) dan Dinamisme (Aliran atau kepercayaan terhadap roh), dan Hindu, Budha.
Situs Ki Gede Suropati sampai sekarang banyak dikunjungi orang dari berbagai penjuru. Lokasinya terletak di Desa Tegalgubug, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Luas tanah ± 600 m2, abngunan ± 50 m2, dan kepemilikan tanah adalah tanah keraton.
|
Tampak dari dalam Makam Ki Suro (tengah), Raden Kencana (barat), dan Kyai Agus Salim / Kyai Agus 'Aliman (timur) |
BAB II
PERKEMBANGAN DESA TEGALGUBUG
Perkembangan sejarah Desa Tegalgubug saat sekarang ini, tak lepas dari jasa – jasa Ki Suro yang lebih terkenal dengan sebutan Ki Gede Suro atau Ki Gede Suropati, yang telah meletakkan dasar – dasar pemikiran dan keilmuannya yang dapat dikembangkan diantaranya adalah :
1. Perkembangan agama dan pendidikan
2. Perkembangan sosial (kemasyarakatan)
3. kembangan kebudayaan (peradaban)
4. Perkembangan ekonomi (bisnis)
A. Perkembangan Agama Dan Pendidikan
Dalam perkembangan agama islam dan pendidikan di Desa Tegalgubug tak terlepas dari jasa – jasa pendiri desa tersebut. Pada mulanya periode awal sekitar tahun 1589 sekitar akhir abad ke 15 perkembangan islam di Desa Tegalgubug merupakan Misi (Tujuan) dan Visi (Pandangan) yang dibawa oleh Kanjeng Syaikh Muhyiddin Waliyullah atau Syaikh Abdurrahman atau Ing Singa Sayahsyayuda yang lebih dikenal dengan Ki Gede Suro / Ki Gede Suropati beliau adalah seorang dari Bangsa Arab (Sumber lain mengatakan dari Mesir dan Baghdad). Dalam sebuah pengembaraan panjang dari Negeri Arab menuju pulau Jawa tepatnya di Negeri Cirebon, kemudian beliau berguru pada Kanjeng Sunan Gunung Jati selama dua tahun lamanya, dan setelah dianggap cukup oleh Sunan Gunung Jati, lalu diutus untuk menyebar luaskan informasi keislaman, diseluruh pelosok pedukuhan Jawa Barat. Dalam penyebaran agama islam Ki Gede Suro tak jarang menemui rintangan, diantaranya beliau harus menghadapi beberapa perang tanding dengan penggeden (penguasa) pedukuhan yang ada disekitar wilayah Jawa Barat, namun berkat kesaktian keilmuannya yang mandraguna banyak daerah menjadi taklukannya dan menjadikan mereka memeluk agama islam, dan daerah – daerah lain yang menjadi sasaran untuk pennyebaran agama islam termasuk didalamnya adalah Desa Tegalgubug yang tak lepas dari perkembangan islam pada masa lalu.
Sumber lain mengatakan Ki Suro datang ke Jawa tepatnya Cirebon bukan berguru atau nyantri pada Sunan Gunung Jati, tapi untuk membantu menyebar luaskan agama islam.
Kemudian perkembangan selanjutnya sejalan dengan perkembangan zaman sejak masa kepemimpinan Ki Suro sampai sekarang ini, tak terlepas dari peletakan nilai – nilai dasar keimanan dan keislaman yang mantap oleh Ki Suro yang merupakan santrinya Kanjeng Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) sehingga sejak dulu terbentuknya Desa Tegalgubug sampai sekarang ini mengalami perkembangan yang begitu pesat. Setelah melewati beberapa dekade, mulai dari periode awal pada zamannya Ki Suro sampai kepada periode moderen sekarang ini, dengan pesatnya perkembangan islam dari periode kelasik sampai periode moderen sekarang ini banyak membuat perubahan – perubahan masyarakat Tegalgubug, sehingga kalau dikelompokkan dapat dikategorikan menjadi empat periode yaitu :
1. Periode kelasik (zaman kuno) tahun 1489 – 1650 / 1489 – 1750 yaitu pada masa para wali.
2. Periode pertengahan tahun 1750 – 1928 / 1650 – 1928 yaitu pada masa penjajahan kolonial belanda.
3. Periode moderen tahun 1928 – 1945 – 1996 / 1945 – 1996 yaitu pada masa pra kemerdekaan, masa kemerdekaan dan pasca kemerdekaan.
4. Periode reformasi tahun 1997 – 2010 yaitu pada masa global sekarang ini.
Pada Periode Kelasik (1484 – 1750 / 1489 – 1650)
Pada periode kelasik, Islam berkembang masih sangat alami, terlihat dari cara penyebarannya dengan sistem pendekatan kebudayaan yang dinilai cukup berhasil, karena pada waktu itu kebanyakan masyarakat masih mempercayai agama nenek moyangnya, yaitu Animisme (Aliran atau kepercayaan terhadap benda) dan Dinamisme (Aliran atau kepercayaan terhadap ruh) dan Hindu, Budha yang cukup kental dengan nilai – nilai khurafat (berbau mistik dan syirik) maka Ki Suro dengan telaten dan sabar dalam penyebaran agama islam dengan pesat dan maju sehingga menjadi masyarakat yang agamis (Religius), kemudian sejalan dengan perkembangan islam yang begitu pesat dapat mempengaruhi beberapa perkembanagn dibidang lain seperti perkembangan dibidang sosial, kebudayaan (peradaban), pendidikan dan perekonomian. Selama 1489 – 1750 (161 tahun) sekitar akhir abad ke 15. diantara tokoh perintis dan pengembangan pada periode kelasik ini diantaranya yaitu :
- Ki Gede Suro.
- Raden Kencana.
- Ki Agus Salim atau Kyai Agus 'Aliman.
- Syaikh Qomaruddin atau Ki Qomaruddin sumber lain mengatakan Ki Musthofa, Ki Talim, Ki Budug atau Santri Budug termasuk ajudannya Ki Gede Suro (Telar Baru Tegalgubug I).
- Ki Tameng Pati atau Elang Bagus Muja (Rembes Tegalgubug III).
- Ki Kuta (Rembes Tegalgubug III).
- Ki Abdul Majid atau Ki Rusuh (Rembes Tegalgubug III).
- Syaikh Abdul Jamil. Termasuk pembantunya Ki Kuta (Rembes Tegalgubug III).
- Ki Gede Mataram. Salah satu abdi dalem atau pembantunya Ki Gede Suro (Kamitaram Rembes Tegalgubug III).
- Syaikh Yusuf. Termasuk abdi dalem atau pembantunya Ki Gede Suro (Sebelah Barat Belakang makam Ki Gede Suro).
- Syaikh Benting atau Ki Gede Benting. Termasuk abdi dalem atau pembantunya Ki Gede Suro (Sebelah Barat Belakang makam Ki Gede Suro).
- Nyi Masiyah. Termasuk abdi dalem atau pembantunya Ki Gede Suro (Sebelah barat pinggir jalan raya Desa Tegalgubug I).
- Nyi Kedok Pentul (Baitul Hikmah Tegalgubug III).
|
Tampak dari luar Makam Ki Gede Suro. |
|
Dua makam benda pusaka di depan makam Ki Gede Suro |
|
Pohon Rengas Kepel (Ingas) umur ± 250 tahun di depan halaman makam Ki Gede Suro.
Getahnya gatal.
Bila terkena ambil daun keringnya
terus dibakar dan dioleskan.
|
|
Makam Syaikh Qomaruddin (Ki Budug) / Ki Talim / Ki Musthofa
(Blok Telar Baru Tegalgubug I) |
| |
|
Tampak dari luar
Makam Ki Tameng Pati (Rembes Tegalgubug III) |
|
Tampak dari dalam Makam Ki Tameng Pati / Elang Bagus Muja (barat) dan Istrinya (timur) sumber lain : benda pusaka (Rembes Tegalgubug III) |
|
1. Makam Ki Kuta (selatan dari barat) 2. Istri Ki Kuta (Utara) 3. Benda Pusaka (selatan dari timur) 4. Makam Syaikh Abdul Jamil (selatan dari timur) Pembantunya Ki Kuta (Belakang PP. Nahjul Hidayah Rembes Tegalgubug III) |
|
Makam Ki Abdul Majid (Ki Rusuh) blok Renbes Tgb III |
|
Makam Syaikh Yusuf dan Istrinya & Syaikh Benting / Ki Gede Benting dan Istrinya
Abdi Dalem Ki Gede Suro (Sebelah Barat Belakang makam Ki Gede Suro) | |
|
Makam Ki Gede Mataram (Blok Kamitaram Rembes Tegalgubug III)
Abdi Dalem Ki Gede Suro
|
|
Dua Makam Benda Pusaka Di Depan Makam Ki Gede Suro |
|
Tampak dari luar Makam Nyi Masiyah (Abdi Dalem Ki Gede Suro) (Sebelah barat makam Ki Gede Suro. Pinggir Jalan Raya Suropati Tegalgubug I) |
|
Tampak dari dalam Makam Nyi Masiyah (Abdi Dalem Ki Gede Suro) (Sebelah barat makam Ki Gede Suro. Pinggir Jalan Raya Suropati Tegalgubug I) |
|
Makam Nyi Kedok Pentul (Belakang PP. Baitul Hikmah Tegalgubug II) |
|
Juru Kunci (Kuncen) Makam Ki Gede Suro sedang membersihkan halaman sekitar makam. 1. Bapak Shobirin 2. Bapak Muhyi |
Pada Periode Pertengahan (1750 – 1928 / 1650 – 1928)
Pada periode pertengahan ini Islam Tegalgubug sedikit demi sedikit telah mengalami erosi (kemunduran), dan pasang surut, karena telah banyak dipengaruhi oleh bangsa kolonial, denagn tidak terasa umat Islam, bangsa kolonial setelah sekian lama meletakkan dasar – dasar politiknya, untuk menghancurkan umat Islam dengan menggunakan politik Devide et Impera yaitu sebuah politik pemecah belah umat antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga politik tersebut telah banyak merubah dan memporak – porandakan nilai – nilai dasar keislaman yang sudah mengakar ditengah – tengah masyarakat Tegalgubug, jadi secara langsung bahwa perkembangan Islam Tegalgubug mengalami diskorse (penurunan), karena sengaja diciptakan oleh bangsa kolonial untuk dicerai – berai dan dihancurkan sehingga umat Islam tidak lagi bersatu, dan rapuhlah sendi – sendi kehidupan beragama, yang bertentangan dengan agama mereka yang notabene beragama Kristen (Yahudi atau Nasrani).
Walaupun pada periode ini mengalami erosi (kemunduran) tapi banyak bermunculan ulama dan para pejuang pembaharu Islam yang cukup berpengaruh pada zamannya seperti munculnya atau lahirnya :
1. As Syaikh Al Alim Al Fadhil KH. Anwar bin Salifah (Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwariyah).
2. K. Qosim (Kakak KH. Anwar).
3. K. Junaid.
4. KH. Rofi'i bin K. Idris (Menantu KH. Anwar).
5. KH. Mushonif bin KH. Anwar.
6. K. Asfal.
7. K. Rumli bin K. Qosim.
8. KH. Abdullah bin KH. Anwar.
9. KH. Abdul Karim bin KH. Anwar.
10. KH. Abdul Mu'min bin KH. Anwar, dan lain – lain.
Yang telah banyak memberikan sumbangsih keilmuan dan pemikiran terhadap perkembangan agama dan perkembangan Daerah, Bangsa dan Negara.
Namun dengan munculnya para tokoh ulama besar tersebut, beliau mengimbangi politik bangsa kolonial yang benar – benar ingin menghancurkan umat Islam, terbukti dengan diutusnya orang Belanda bernama "Snock Horganye" untuk menyusup kekantong umat Islam dan menghancurkannya dari dalam.
Akhirnya pada periode pertengahan ini perkembangan Islam Tegalgubug tidak seperti periode awal, walaupun demikian sudah cukup menggembirakan, telah banyak memberikan sumbangsih dalam pencerahan agama Islam di Tegalgubuig dan juga cukup mewarnai sesuai dengan keadaan zamannya.
Semoga usaha baik pendahulu kita, diterima amal sholehnya disisi Allah SWT, dan bagi kita agar supaya dapat meneruskan jejak – jejak perjuangan para pejuang pembaharu Islam. Amin.
|
1. Makam KH. Anwar (Utara dari barat) 2. Makam Ny. Maskunah (Istri kedua KH. Anwar) 3. Makam KH. Abdullah (Anak KH. Anwar) 4. Makam KH. Abdul Karim (Anak KH. Anwar) 5. Makam KH. Abdul Mu'min (Anak KH. Anwar) (sebelah timur kamar makam Ki Gede Suro) |
|
Halaman makam Ki Gede Suro tempat makam keluarga besar KH. Anwar. |
|
Tampak dari dalam 1. Makam KH. Rofi'i bin K. Idris (Menantu KH. Anwar) sebelah barat 2. Makam Ny. Hj. Salimah (Istri KH. Rofi'i) 3. Makam KH. Ilyas (Anak KH. Rofi'i) 4. Makam Ny. Salwa (Anak KH. Rofi'i) 5. Makam KH. Sa'id (Anak KH. Rofi'i) |
|
Makam K. Junaid, K. Suqo, dll.
Sebelah utara makam KH. Rofi'i. |
|
Makam Ki Asfal Sepuh / Ki Jamin (Majasri) |
|
Makam K. Asfal bin K. Asfal.
(Sebelah selatan makam KH. Rofi'i) |
Pada Periode Moderen (1928 – 1945 – 1996 / 1945 – 1996)
Perkembanagn Islam Tegalgubug pada masa periode moderen ini mengalami integrasi religius (percampuran kepercayaan terhadap pemikiran – pemikiran pada masa kelasik, masa transisi atau peralihan dan masa moderen) sehingga dengan tumbuh kembangnya masa moderen ini yang terus bergejolak cenderung berubah ditandai dengan adanya korelasi atau hubungan pemikiran – pemikiran Islam masa kelasik dengan pemikiran masa moderen yang mengacu dan mengarah pada perkembngan zaman yang semakin terus meningkat, terbukti dengan terjadinya beberapa peristiwa besar di Tanah Air sejak zaman pra kemerdekaan, kemerdekaan sampai pasca kemerdekaan tahun 1945 seperti Agresi Belanda I & II, Pemberontakan DI / TI, Peristiwa 10 Nopember, Peristiwa Bandung Lautan Api, Peristiwa Andi Aziz, Pemberontakan PKI Madiun, Peristiwa Yogya Kembali, Peristiwa Pemberontakan G 30 S PKI dan beberapa peristiwa lainnya di Tanah Air.
Berbagai peristiwa besar di Tanah Air, telah membuka mata dan pikiran Bangsa Indonesia umumnya, dan umat Islam Tegalgubug khususnya, menjadi maju dan kritis sehingga dari beberapa kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah turut ambil bagian seperti dalam pembuatan UUD 1945, Piagam Jakarta, Pembuatan Pancasila, GBHN dan kebijakan lain seperti dalam memakai hak demokrasi. Menyuarakan aspirasi rakyat yang didalamnya terdapat orang – orang Islam. Terbukti dengan bermunculnya partai pada tahun 1955 dan organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan juga organisasi keagamaan dan partai Islam – islam lainnya. Seperti : NU, Muhammadiyah, dan Basis – basis lain. Telah banyak mewarnai kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama, termasuk di Desa Tegalgubug.
Pada periode moderen ini dapat dikatakan juga sebagai masa kebangkitan Islam di Desa Tegalgubug yang telah sekian lama mengalami keterpurukan dibidang pendidikan dan ilmu pengetahuan atau teknologi dan diantara para tokoh legendaris yang merintis asal muasal berdirinya pondok pesantren di Desa itu adalah As Syaikh Al Alim Al Fadhil KH. Anwar bin Salifah (Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwariyah). (Lihat Biografi Pondok Pesantren Al Anwariyah)
Berdirinya beberapa pesantren di Desa Tegalgubug sekitar ada 18 pesantren, yang merupakan pengembangan dari pesantren besar yaitu "Pondok Pesantren Al Anwariyah" yang dulunya bernama pesantren "Al Ghurobatul Wathoniyah" yang artinya tempat pengungsi para pencari ilmu dari Tanah Air, dan dikenal dengan kebesarannya yaitu "Pondok Gede" yang didirikan pada sekitar tanggal 1 Jumadil Akhir 1230 H / 09 September 1809 M. oleh As Syaikh Al Alim Al Fadhil KH. Anwar bin Salifah.
Dikalangan masyarakat Desa Tegalgubug Pondok Pesantren Al Anwariyah ini diakui sebagai pesantren tertua yang diwariskan olehnya. Para tokoh kyai dan pesantren yang ada sekarang sebagian besar memiliki hubungan geneologis dan intelektual dengannya.
KH. Anwar adalah salah satu seorang ulama besar dan juga tokoh ini merupakan guru dari sejumlah kyai yang mendirikan dan memimpin pesantren – pesantren besar di Indonesia (Sumber lain mengatakan bahwa KH. Anwar adalah salah satu murid atau santri KH. Kholil Bangkalan Madura), termasuk KH. Hasyim Asy'ari pendiri pesantren Tebu Ireng Jombang Jawa Timur. Dan kalau di klasifikasikan ada tiga pondok pesantren besar dimasing – masing wilayah Tegalgubug yaitu :
- Tegalgubug selatan, Pondok Pesantren Baitul Hikmah.
- Tegalgubug tengah, Pondok Pesantren Al Anwariyah (Pondok Gede).
- Tegalgubug utara, Pondok Pesantren Al Ibrohimiyah.
DAFTAR PESANTREN DI TEGALGUBUG
No. | Nama Pesantren | Nama Pengasuh | Alamat / Blok |
1 | Al Anwariyah "Pondok Gede" | KH. Rohmatullah Muslim | Tegalgubuglor Blok IV |
2 | Baitul Hikmah | KH. Ma'mur Noor, KH. Muhammad Mughni, KH. Mu'min | Tegalgubug Blok II |
3 | Al Ibrohimiyah | KH. Isma'il | Tegalgubuglor Blok V |
4 | Midarul Ulum | K. Sam'ani, Drs. K. Rohmat, K. Sholihin | Tegalgubuglor Blok V |
5 | Al Hidayah (Putra) |
| Rembes Tegalgubug Blok III |
6 | Al Hidayat (Putri) | Ny. Hj. Ruha Mahmudah | Rembes Tegalgubug Blok III |
7 | Nahjul Hidayah | KH. Sholehuddin Masykuri, Ust. Agus Halim Masykuri | Rembes Tegalgubug Blok III |
8 | Sabilul Muhtadin | KH. Imron Mas'ud | Rembes Tegalgubug Blok III |
9 | Al 'Iffah | KH. Shobirin | Rembes Tegalgubug Blok II |
10 | Darurrohmah | KH. Moh. Ali Shofwan (Alm), KH. Habsi Ihsan, Ust. Haris | Tegalgubuglor Blok III |
11 | Al Murtadlo | KH. Ibadillah | Tegalgubuglor Blok III |
12 | Al Qudsiyah | KH. Abdul Mughni | Tegalgubuglor Blok III |
13 | Dar Al-Qur'an | KH. Abdul Djamil Nawawi, Ust. Drs. H. Achmad Rifa'i | Tegalgubuglor Blok IV |
14 | Darul Kawakib | KH. Lukman Hakim | Tegalgubuglor Blok IV |
15 | Al Ghozali | K. Shofwan, K. Muhammad Arsayad Amir | Tegalgubuglor Blok IV |
16 | Riyadussholihin | KH. Sayuti | Tegalgubuglor Blok V |
17 | Al Marzuqiyah | KH. Syamsudin, Ust. Saefudin | Tegalgubuglor Blok V |
18 | Darul Fathonah | KH. Bahrun Nurudin | Tegalgubuglor Blok V |
(Ket. : Data diambil dari Peta Pemukiman Desa Tegalgubug)
Tumbuh beberapa majlis ta'lim atau musholla (langgar) sebagai pusat pemberdayaan masyarakat Desa Tegalgubug dan perkembangan agama diantaranya :
No. | Nama Majlis Ta'lim | Nama Pimpinan | Alamat / Blok |
1 | Al Mubtadiin |
| Kebon Kelapa Lor Tegalgubug I |
2 | Al Jazair |
| Kebon Kelapa Kidul Tegalgubug I |
3 | Baitul Mu'minin |
| Tegalgubug I |
4 | Al Munibah | K. Salim | Tegalgubug II |
5 | Al Ishlah |
| Tegalgubug II |
6 | At Taqwa |
| Tegalgubug II |
7 | As Syafi'iyah |
| Tegalgubug II |
8 | Al Madinah |
| Tegalgubug III |
9 | Al Barokah |
| Tegalgubug III |
10 | Baitul Muttaqin | K. Harun bin K. Abdusshomad | Tegalgubug III |
11 | Wali Songo |
| Tegalgubug III |
12 | Al Qudsiyah Wetan |
| Tegalgubug III |
13 | Al Ihsan | KH. Ahmadillah Abd. Shomad | Tegalgubuglor IV |
14 | Ad Dimyati |
| Tegalgubuglor V |
15 | Nailul Huda |
| Tegalgubuglor V |
16 | Assa'idiyah | H.Miftah, H. Sa'idi | Tegalgubuglor V |
17 | Al Mustaghfirin | KH. Yahya | Tegalgubuglor V |
18 | Al Istiqomah |
| Tegalgubuglor V |
| Dan lain – lain |
|
|
(Ket. : Data diambil dari Peta Pemukiman Desa Tegalgubug)
Pola kurikulum pendidikan di pondok pesantren secara institusional mengacu dengan mengembangkan pola diniyah (keagamaan) yang lebih bertumpu pada pola disiplin ilmu keagamaan kelasik (kitab kuning) juga kurikulum korelasi (hubungan), bukan hanya berbentuk mata pelajaran yang terjadwal dalam program pangajian dan pendidikan, tapi juga kurikulum pola dalam praktek kehidupan sehari – hari. Metode yang digunakan yaitu metode pengajian sorogan Al-Qur'an dan Kutub, pengajian bandongan, musyawarah (diskusi) dan mudzakarah.
Sementara hubungan santri dan kyai masih berkisar pada ruang lingkup tawadhu, bahkan sejalan perkembanagan zaman sekarang disusun kurikulum keterampilan di pondok pesantren, maklumlah kemajuan Desa Tegalgubug merupakan potensi yang cukup menguntungkan, makanya banyak pihak lain yang datang mengadakan penelitian atau study banding. Dan sejalan dengan perkembangan zaman yang terus bergulir maka perkembangan agama dan pendidikan terus berkembang dan meningkat. Perkembangan ini terus tumbuh pada periode moderen yaitu sejak tahun 1928 – 1996 / 1928 – 2010 seperti berdirinya pendidikan diniyah (agama) maupun pendidikan formal (umum) yang dapat dijabarkan berikut ini :
No. | Pendidikan Diniyah (Agama) | No. | Pendidikan Formal (Umum) |
1 | Diniyah Islamiyah (1949) | 1 | Sekolah Rakyat (1945) |
2 | Raudlatul Athfal (1950) | 2 | Sekolah Dasar Tegalgubug I |
3 | MTsHM Al Anwariyah (1973) | 3 | Sekolah Dasar Tegalgubug II |
4 | MAHM Al Anwariyah (1981) | 4 | Sekolah Dasar Tegalgubug III |
5 | MTs Al Mu'allimat (1985) | 5 | Sekolah Dasar Suropati |
6 | MTs Al Mu'allimin (1985) | 6 | SD Islam Dar Al-Qur'an (1994) |
7 | MA Al Mu'allimin (1985) | 7 | MI Mi'barul Hidayah (1949) |
8 | MDAHM Al Anwariyah (1989) | 8 | MIHM Al Anwariyah (1952) |
9 | MDA Dar Al-Qur'an | 9 | MI Miftahussurur (1954) |
10 | MDA Al Marzuqiyah | 10 | MI Abnaul Wathon (1953) |
11 | MDA Nailul Huda | 11 | MI Tanbihul Athfal /MIT (1955) |
12 | MDA Hidayatul Muttaqin | 12 | MI Raumiyatuttaqwa /MIR (1963) |
13 | MDA Assa'idiyah | 13 | MI Darul Fathonah (1989) |
14 | MDA Al Ighar | 14 | MTs Al Hilal (1980) |
15 | MDA Mi'barul Hidayah | 15 | MTs Darul Fathonah (1989) |
16 | MDA Baitul Hikmah | 16 | MTs Dar Al-Qur'an (1996) |
17 | MDA Kebon Kelapa Lor | 17 | MA Darul Fathonah (1996) |
18 | MDA Kebon Kelapa Kidul | 18 | MA Dar Al-Qur'an |
19 | MDA Marageni | 19 | SMP Darul Kawakib |
20 | MDA Darul Fathonah | 20 | SMK Darul Kawakib |
21 | MDA Sebelas Bintang | 21 | TK Al Anwariyah (1996) |
22 | TPA Midarul Ulum | 22 | TK Dar Al-Qur'an (1994) |
23 | TPA Darul Fathonah | 23 | TKQ Mi'barul Hidayah |
24 | TPA Taman Puri Sipulo (2002) | 24 | TK Baitul Hikmah (1995) |
25 | TABZA (Taman Belajar Zainatul Azhar) | 25 | TK Matholi'ul Anwar (2002) |
26 | TPA Al Anwariyah (1996) | 26 | TK Prima-Dina |
27 | TPG Elhazet | 27 | RA/TK Mansyaul Abror |
28 | TPA Dar Al-Qur'an |
| Dll. |
29 | TPA Al Ighar |
|
|
30 | TPQ Mi'barul Hidayah |
|
|
31 | TPA Baitul Hikmah (2002) |
|
|
31 | TPA Kebon Kelapa |
|
|
32 | TPA BM (Baitul Mustaghfirin) |
|
|
| Dll. |
|
|
Ket. : Tabel ini diambil dari dokumentasi tahun 2003 dikembangkan tahun 2010
Namun akibat ketertinggalan dan keterpurukan diberbagai bidang, mendorong tumbuh dan bangkit para ulama, tokoh masyarakat, para pejuang, dan para intelektual muda yang kritis dan dinamis untuk membangun desanya diantaranya seperti :
- KH. Abdullah bin KH. Anwar (Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwariyah)
- KH. Muhammad Arsyad bin KH. Rofi'i (Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwariyah)
- K. Balya bin KH. Rofi'i (Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwariyah)
- KH. Shofwan bin KH. Muhammad Arsyad Rofi'i (Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwariyah)
- KH. Moh. Thohir bin KH. Muqoyyim (Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwariyah)
- KH. Munaji bin KH. Muqoyyim (Kuwu Munaji)
- H. Maghfur bin KH. Abdul Alim Suqo
- H. Irfan bin KH. Abdul Jalil
- KH. Ahmad Zaini bin KH. Siroj (Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwariyah)
- KH. Muhammad Amin bin KH. Muhammad Arsyad Rofi'i (Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwariyah)
- KH. Rohmatullah bin K. Muslim Abdul Qohar (Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwariyah) sampai sekarang
- KH. Moh. Bakir (Pengasuh Pondok Pesantren Al Murtadlo)
- KH. Isma'il (Pengasuh Pondok Pesantren Al Ibrohimiyah)
- KH. Siraj (Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren At Taqwa Assalafiyah)
- K. Madari (Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Midarul Ulum)
- K. Zazid (Wali Songo)
- KH. Masykuri (Pengasuh Pondok Pesantren Nahjul Hidayah)
- KH. Mu'min (Pengasuh Pondok Pesantren Baitul Hikmah)
- KH. Ma'mur Noor (Pengasuh Pondok Pesantren Baitul Hikmah)
- KH. Muhammad Mughni (Pengasuh Pondok Pesantren Baitul Hikmah)
- KH. Bahrun Nurudin (Pengasuh Pondok Pesantren Darul Fathonah)
- KH. Muhyi (Pengasuh Pondok Pesantren Al Qudsiyah)
- KH. Abdul Mughni Muhyi (Pengasuh Pondok Pesantren Al Qudsiyah)
- KH. Lukman Hakim Amdad (Pengasuh Pondok Pesantren Darul Kawakib)
- KH.Moh. Ali Shofwan (Pendiri Pondok Pesantren Darurrohmah)
- KH. Shobirin (Pengasuh Pondok Pesantren Al 'Iffah)
- KH. Ibadillah bin KH. Moh. Bakir (Pengasuh Pondok Pesantren Al Murtadlo)
- KH. Syamsudin (Pengasuh Pondok Pesantren Al Marzuqiyah)
- DR. KH. Zakki Mubarok, MS
- Drs. KH. Anton Fathoni
- DR. H. Fathurin Barzen
- Kombes Drs. H. Zainuri Anwar (Mabes Polri)
- KH. Abdul Djamil Nawawi (Pengasuh Pesantren Dar Al-Qur'an)
- Drs. H. Achmad Rifa'i (Pengasuh Pesantren Dar Al-Qur'an)
- H. Anwar Sadat Maghfuri
- H. Mamnun Munaji, S.Ag
- Ust. Nadiri
- H. Irfan
- H. Zakiyudin Hamas bin KH. Masykuri
- KH. Ahmadillah Abd. Shomad
- Drs. K. Rohmat.
- Ust. Zamroni Irfan Dan seterusnya.
Pada Periode Reformasi (1997 – 2010)
Perkembangan Islam Tegalgubug pada masa periode ini yaitu sangat universal dan terjadi disintegrasi religius, karena perkembangan Islam pada masa ini telah banyak dipengaruhi oleh beberapa pemahaman dan pemikiran yang bersumber dari berbagai pengalaman dilapangan. Sehingga perkembangan Islam pada masa reformasi ini sudah tidak murni lagi seperti dulu karena sudah tercampuri dari berbagai aliran akibat dari perkembangan zaman global, sehingga nilai – nilai religius dan moral umat juga kebudayaan atau peradaban orang Desa Tegalgubug mengalami beberapa pergeseran nilai – nilai kebenaran atau moral disebabkan dengan cepatnya laju ekonomi yang terhempas oleh krisis moneter, sehingga dampaknya sangat berpengaruh terhadap lingkungan sesuai dengan zamannya yakni zaman reformasi.
Maka dengan demikian perlu penataan kembali beberapa nilai – nilai kebenaran dan moral orang Desa Tegalgubug agar tidak terlalu jauh lagi keluar dari rel – rel kehidupan yang sudah tidak menentu ini, yaitu diawali dengan merapatkan barisan orang tua dalam mendidik anaknya, para kyai dan tokoh masyarakat dan beberapa pihak lain (Guru atau Ustadz) terus berupaya dalam pembinaan dan bimbingan keagamaan baik berupa pengajian, majlis ta'lim, jam'iyah pemuda dan jam'iyah orang tua.
Agar nilai – nilai lama yang sudah terbangun dapat dipulihkan kembali, baik dibidang pendidikan pesantren, pendidikan formal, dan lain – lain. Sehingga Desa Tegalgubug benar – benar menjadi miniature Desa di Indonesia.
B. Perkembangan Di Bidang Sosial (Kemasyarakatan)
Perkembangan bidang sosial (kemasyarakatan) Desa Tegalgubug sebenarnya atau pada dasarnya sudah ada terbentuk sejak dulu terbentuknya Desa Tegalgubug ini, yang telah meletakkan dasar – dasar keagamaan oleh Ki Suro sebagai implementasi (penjabaran) dari nilai – nilai ajaran Islam, seperti saling tolong – menolong, gotong – royong, saling menghormati, saling menghargai, saling membantu, saling menjaga persatuan dan kesatuan dan nilai sendi – sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Namun kemajuan tersebut yang semakin lama semakin meningkat sejalan dengan perkembanagn zaman global sekarang ini. Berdasarkan observasi dan realita yang ada juga berdasarkan pengamatan perkembanagan sosial (kemasyarakatan) Desa Tegalgubug telah mengalami kemerosotan nilai – nilai sosial yang dulu konon begitu kental dan mengakar pada masyarakat Desa Tegalgubug, dan terjadi dekadensi moral (perubahan akhlak, merosot, jatuh, turun) yang terus menjalar kemana – mana bagaikan virus yang tak bisa dibendung lagi dalam kancah (peraturan, perputaran sejarah) kehidupan, bahkan bisa dibilang telah mengalami disintegrasi sosial akibat adanya masa perubahan dan percampuran pengalaman masyarakat global, jadi mau tidak mau kita telah melihat dan merasakan dampaknya dalam kehidupan ini. Sehingga sendi – sendi kehidupan yang dulu sudah dibangun dan ditancapkan bahkan sudah mengakar kuat. Sekarang nilai tersebut semakin pudar seperti nilai saling asah, saling asih, saling asuh. Bahkan cenderung individualis dan materialis, perkembanagn tersebut barangkali ini yang perlu kami sikapi, bagaimana langkah terbaik buat kita kedepan dan barangkali kenyataan ini dapat terjadi dimana saja sejalan dengan derasnya arus informasi dan globalosasi yang mengarah pada nilai amoral (tak bermoral) bangsa luar atau barat, juga disebabkan adanya masa perubahan dari masa peralihan masyarakat agraris menuju masyarakat industri sekarang ini. Barangkali inilah dampak dari masa peralihan tersebut. Maka masyarakat Desa Tegalgubug tak menutup diri gejolak perkembanagan dan perubahan dunia global.
Sejalan dengan perkembangan zaman, juga mendorong tumbuh kembangnya beberapa organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan (ORMAS & OKP) juga pergerakan sosial lainnya yaitu :
1. Anshor
2. Banser
3. IPPT (Ikatan Pembina Pramuka Tegalgubug)
4. FKAJ (Forum Komunikasi Antar Jam'iyah)
5. IRMA (Ikatan Remaja Masjid)
6. FORTA (Forum Remaja Tegalgubug) berdiri tahun 2001
7. Santunan Yatama (Yatim Piatu) Waddhu'afa (Jompo) Tegalgubuglor dan lain – lain.
C. Perkembangan Di Bidang Kebudayaan (Peradaban)
Pada dasarnya perkembangan kebudayaan (peradaban) masyarakat Tegalgubug tak terlepas dari perkembangan Islam pada masa lalu yang telah ditancapkan oleh tokoh pendobrak dan perintis Desa Tegalgubug yaitu Ki Gede Suro dan As Syaikh Al Alim Al Fadhil KH. Anwar Salifah juga terdorong dilatar belakangi oleh pesatnya agama Islam, dengan nilai – nilainya akan ajaran kebenaran. Sejalan dengan itu maka tumbuhlah kebudayaan (peradaban) yang kuat, yang sudah mengakar dihati masyarakat Desa Tegalgubug sebagaimana kebudayaan (peradaban) yang disebutkan dibawah ini misalnya :
1. Masyarakat Desa Tegalgubug terkenal sebagai kaum santri (Desa atau Kota Santri) yang laki – lakinya terkenal dengan kaum sarungan dan berkopyah, yang perempuan berbusana muslimah (berkerudung atau berjilbab).
2. Acara ritual (kunjungan atau ziarah) mengingat petilasan Ki Gede Suro dengan lantaran (wasilah) mengharapkan atau mendapatkan karomah dan barokah.
3. Pergelaran seni musik rebana yang merupakan kebudayaan lama yang masih terus dikembangkan. Dan lain – lain.
|
enuh tawadhu', khusyu' & khudhu'. Istighotsah Akbar, Tahlil, Dzikir, dan Do'a bersama.Peziarah warga desa Tegalgubug bersama para habaib
Dalam rangka Haul (Kunjungan) di makam Ki Gede Suro & KH. Anwar |
|
Para peziarah warga desa Tegalgubug bersama para habaib
di makam Habib Husain bin Yahya Dalam rangka Haul KH. Rofi'i bin K. Idris. |
|
Peziarah warga desa Tegalgubug bersama para habaib
menuju makam Ki Gede Syuro & KH. Anwar
|
|
Istighotsah Akbar, Tahlil, Dzikir, dan Do'a bersama.
Peziarah warga desa Tegalgubug bersama para habaib
di makam Habib Husain bin Yahya Dalam rangka Haul (Kunjungan) makam KH. Rofi'i bin K. Idris.
Gema musik rebana mengiringi lantunan sholawat nabi
|
Busana muslimah masih relatf mengakar pada kalangan mudi perempuan, penggunaannya yaitu ketika dimasjid, musholla, dipengajian atau majlis, ditempat –tempat umum lainnya (sebagai mobilitasnya), bahkan setiap harinya. Merupakan pencerminan tradisi kepesantrenan masyarakat Tegalgubug yang cukup kental dan kuat, disebabkan pada faktor pendidikan di pesantren, faktor pendidikan dasar (madrsah ibtidaiyah atau isti'dadiyah), MTs diniyah, Aliyah diniyah, faktor remajanya yang menjadi santri kalong (santri penduduk "nduduk")
Preferensi sebagian besar masyarakat warga Desa Tegalgubug mereka untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi bukan diarahkan pada universitas (perguruan tinggi) tetapi lebih pada pesantren – pesantren besar di pulau jawa seperti : Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur, Pondok Pesantren Al Falah Ploso Kediri Jawa Timur, Pondok Pesantren Darussalam Sumbersari Kencong Kepung Pare Kediri Jawa Timur, Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang Jawa Timur, Pondok Pesantren Langitan Tuban Jawa Timur, Pondok Pesantren Sunan Pandan Aran Krapyak Yogyakarta, Pondok Pesantren Sarang Rembang, Pondok Pesantren KaliwunguKendal Jawa Tengah, Pondok Pesantren Tegalrejo, Pondok Pesantren Madura Bangkalan, dan pesantren Banten juga daerah Cirebon sekitarnya, dan lain sebagainya.
Namun perkembangan berikutnya kebudayaan (peradaban) masyarakat Desa Tegalgubug, mengalami beberapa perubahan dan penurunan sejalan dengan perkembangan zaman moderen dunia global yang berimbas pada masyarakat Desa Tegalgubug, terbukti diawali oleh cepat dan pesatnya pertumbuhan perekonomian masyarakat Desa Tegalgubug yang merupakan masa peralihan dari ekonomi agraris menuju masyarakat industri, yang tidak dibarengi mental atau belum siapnya mental masyarakat dalam menerima masa perubahan tersebut.
Kemudian akhirnya terjadilah beberapa pergeseran nilai – nilai sosial yang disebut dengan "Disintegrasi Sosial" (Krisis Sosial) dengan ciri – ciri masyarakat yang cenderung individualis dan materialis juga disebabkan karena derasnya arus dampak informasi dan komunikasi dunia global seperti TV, Radio, Hp, eM@il, websate, FB, twitter, dan lain – lain, yang semakin terus menghantam kita yang akhirnya pola hidup dalam pergaulan ditengah – tengah masyarakat yang sangat berpengaruh dan juga karena perkembanagn pasar atau perekonomian Desa Tegalgubug akhir – akhir ini mengalami beberapa penurunan berawal dari faktor penguasa, pengelola, dan faktor mental masyarakat yang belum siap terhadap perubahan tersebut, kemudian akhirnya pasar menjadi sistem perekonomian kapitalis yang kaya makin kaya, yang miskin terus terjepit.
D. Perkembangan Di Bidang Ekonomi (Bisnis)
Tumbuh kembangnya perekonomian masyarakat Desa Tegalgubug juga tak lepas dari faktor perkembangan sejarah desa tersebut. Konon ceritanya, berpuluh – puluh tahun bahkan beratus – ratus tahun yang lalu. Ratusan santri alumni dari berbagai pondok pesantren di Wilayah Cirebon menetap di Kecamatan Arjawinangun Kabbupaten Cirebon, sebuah daerah yang strategis dilalui kendaraan jalur Jakarta – Cirebon, ada sebuah daerah yang unik, Tegalgubug itulah namnya dan sesuai namnya, para santri tinggal digubug – gubug (angkring "Bhs. Jawa") yang kurang layak disebut sebagai tempat tinggal.
Perkembangan selanjutnya, lama – kelaman Desa Tegalgubug menjadi pesat dan makmur, dan tak kalah pentingnya adalah pemberdayaan ekonomi rakyat yang mendorong laju pesatnya Desa Tegalgubug baik didalam maupun diluar daerah. Maka kalau dilihat dari awal mulanya proses dari mata pencaharian perekonomian masyarakat Desa Tegalgubug adalah sebagai berikut :
1. Awalnya adalah masyarakat yang agraris (pertanian, perkebunan, dan peternakan).
2. Berburuh atau pekerja buruh seperti : Tukang becak, tukang ojek, buruh jahit, membordil dan buruh tani.
3. Berwiraswasta baik didalam maupun diluar daerah seperti : Jadi pedagang kaki lima, dan lain – lain.
4. Berubah menjadi masyarakat industri, awalnya adalah BS (Barang Sisa, bekas, sortiran, atau kain afkiran) dari Bandung Jawa Barat.
Dalam perkembangan berikutnya, ekonomi pedagang kain Desa Tegalgubug telah dirintis oleh tokoh pendobrak kultur pesimisme yaitu KH. Munaji bin KH. Muqoyyim (Kuwu Munaji). Beliau adalah tokoh pembaharu Islam, tokoh pejuang kemerdekaan. Beliau diangkat menjadi kuwu (Lurah) diberi penghargaan bintang jasa sebagai pahlawan kemerdekaan, namun dengan kerendahan hati beliau berkali- kali dipanggil oleh pemerintah tetap beliau tidak mau menerimanya, bahkan ditawari berbagai kedudukan yang strategis, beliau tetap belum menerimanya. Kemudian KH. Munaji meminta modal saja untuk membangun dan mengembangkan perekonomian desanya, dan dikasihlah modal besar untuk pengembangan. Diawalinya dengan dibelikan mesin jahit dan kain BS untuk diberdayakan oleh masyarakatnya seperti membuat kipas dari kain, tutup mug, membordil, menjahit, dan – lain – lain.
Berangkat dari penghasilan kipas kain itulah warga Desa Tegalgubug terus meningkatkan taraf hidupnya kian lama kian meningkat.
Mata pencaharian warga Desa Tegalgubug masih berkisar dibidang keterampilan jahit – menjahit dan berdagang Tekstil (Kain). Berangkat dari modal awal yang diberinya dari Pemerintah Jawa Barat (Bandung) kepada KH. Munaji sekitar tahun 1970 menjadikannya sebagai keterampilan dasar jahit – menjahit. Kemudian berkembang pada tahun 1975 mulailah membuka pasar kain BS dari Bandung oleh masyarakat Desa Tegalgubug sehingga menjadikannya pasar unik, pasar hamparan, pasar kaget sampai sekarang pasar induk sandang Desa Tegalgubug Cirebon, bursa tekstil bagi Cirebon Jawa Barat, pasar kain BS terbesar di Jawa Barat juga terbesar Se Asean. Karena pengambilannya langsung memasok (Ngedrop "Bhs. Jawa") dari pabrik – pabrik tekstil dari Jawa Barat khusus barang BS, bahkan harganya standar umum, tapi relatif agus. Perkembangan perekonomian masyarakat Desa Tegalgubug adalah hampir masyarakatnya 100% pedagang kain sebagai mata pencahariannya, juga kemakmuran Desa Tegalgubug tak terlepas dari pada barokah dan karomah Ki Gede Suro sebagai pendiri Desa Tegalgubug itu. Juga tak sedikit orang Desa Tegalgubug yang menghubungkan kemajuan desanya dengan keberadaan makam Ki Gede Suro di desa tersebut (sebagai karomah dan barokah Ki Gede Suro), bahkan keberkahan tersebut melimpah ruah sampai kepada tetangga desanya.
Selain masyarakat Desa Tegalgubug sebagai pengusaha kain BS terdorong karena keuletan dan kerajinannya. Maka tak perlu aneh bila penghasilannya cukup banyak.
Berkat keberkahan di Desa Tegalgubug dan sekitarnya, di Kabupaten Cirebon penghasilan Desa Tegalgubug merupakan income (penghasilan, pendapatan) perkapitanya tertinggi di Jawa Barat. Ternyata bukan hanya kain saja tetapi dari tukang ojek, tukang becak, tukang jahit, pedagang kaki lima, juga buruh tani. Bahkan dari segi perburuhan penghasilannya masih bisa mengimbamgi diatas buruh pabrik di Bekasi dan Tangerang.
Pemberdayaan pasar tradisional terus ditingkatkan, yang terkenal dengan pasar kleprakan alias menggelar dagangannya dipinggir jalan yang terkesan carut – marut (amburadul, ruwet, campur aduk "Bhs. Jawa"). Peningkatan perekonomian warga Desa Tegalgubug mau tidak mau dengan berbagai cara yang penting ekonominya terus meningkat.
Kalau kita tarik kebelakang pesatnya perkembangan perekonomian masyarakat Desa Tegalgubug barangkali berawal dari BS karena kwalitassnya tak memenuhi standar exports atau umum atau barang dipabriknya telah rusak atau juga kain yang gagal dijual karena tak sesuai dengan pasaran export. Jadi BS mempunyai pengertian yang luas, bisa juga nama kain BS adalah kain yang harganya miring jauh dibawah standar atau karena harganya yang relatife jauh lebih murah.
Pada mulanya barang – barang BS tersebut, rata – rata bersumber dari jalan Tamim (Bandung) kemudian perkembangan berikutnya bersumber dari Cigondewa (Bandung), Gerkalong (Bandung), Tangerang, Bekasi, Tanah Abang (Jakarta), Solo dan Semarang, yang telah dilacaknya dipabrik – pabrik Tekstil besar diberbagai daerah, sebut saja bekerjasama dengan cina, mereka sudah saling akrab dan saling percaya. Barangkali dari sinilah mengapa para pedagang kain Desa Tegalgubug begitu pesat pada dekade tahun 1980 – 1996. sederhana saja jawabannya yaitu sistem management yang dipakai adalah saling percaya. Makanya semua jenis barang apa saja ada, mulai dari yang murah sampai yang mahal, pokoknya lengkap semua ada, disamping terkenal harganya yang murah – murah juga hampir semua jenis bahan ada dipasar Desa Tegalgubug.
Itulah sebabnya banyak pedagang dan pembeli datang bukan hanya dari daerah sekitarnya saja tetapi dari daerah lain yang menyerbu, mengambil atau belanja (mengkulak, mengedrop "Bhs. Jawa") kain di desa itu pada tiap hari pasaran, Sabtu dan Selasa (orang bilang sekolah S2 alias Sabtu dan Selasa) dan ada juga membeli datang langsung kerunahnya seperti dari Brebes, Tegal, Pekalongan, Kudus, Pati, Surabaya bahkan dari luar jawa seperti dari Madura, Pontianak, Lampung, Palembang, Padang, Samarinda, dan lain – lain. Bahkan juga dari mancanegara misalnya seperti dari Nigeria dan negara – negara lainnya. Sehingga perkembangan perekonomian Desa Tegalgubug bukan hanya ditingkat lokal maupun ditingkat nasional, bahkan sampai menembus pasar Internasional. Boleh dikata pasar Desa Tegalgubug merupakan pasar hamparan terbesar di Asia Tenggara.
Barangkali inilah kemajuan dan kepesatan desa tersebut sampai mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1996 – 2010 sekarang ini, sehingga Desa Tegalgubug boleh dikata oleh orang lain sebagai desa yang maju dan subur makmur, menjadi sebuah desa yang selalu didengung – dengungkan oleh orang lain, juga disebut sebagai desa dolar (kaya – raya) lebih dari 3 miliar perputaran uang setiap kali pasaran.
Terkenalnya Desa Tegalgubug tersebut selain dari faktor sejarah juga dari pengaruh pesatnya prekonomian masyarakat Desa Tegalgubug melalui tukar – menukar informasi lewat perdagangan dan sebagian besar hasil perekonomian masyarakat Desa Tegalgubug bersumber dari pasar. Sehingga menjadikan pasar yang beraneka ragam macam barang, mulai dari kain BS, kain kiloan (ceponan, boranan, tompo "Bhs. Jawa"), juga barang standar toko, barang pakaian anak – anak, orang tua baik laki – laki maupun perempuan, dan lain – lain. Segmen pasar Desa Tegalgubug dapat dijangkau dari berbagai tingkatan ekonomi baik tingkat bawah, menengah dan tingkat atas, juga perekonomian Desa Tegalgubug cukup kenyal artinya tahan dari serbuan pedagang pemodal kuat, karena pedagang formal sukar bersaing di Desa Tegalgubug. Hakekatnya ekonomi Desa Tegalgubug adalah ekonomi informal, ekonomi kaki lima, walaupun banyak pedagang yang omsetnya atau penghasilannya puluhan bahkan ratusan juta sekali atau per kali pasaran, tapi mereka rata – rata masih belanja (mengkulak, mengedrop "Bhs. Jawa") sendiri, memotong sendiri, menyortir sendiri dan menjajakkan (Dedeh "Bhs. Jawa") dagangannya sendiri.
Praktisnya dikerjakan sendiri sekeluarga, mereka lebih memilih omset (penghasilan) besar dengan prosentase keuntungan sedikit dibandingkan keuntungan besar omsetnya sedikit (over headnya) rendah. Barangkali itulah sistem management gaya ekonomi santri Desa Tegalgubug.
Selain jualan dipasar, masyarakat Desa Tegalgubug mengembangkan perekonomian lain yaitu :
- Pemberdayaan perkoperasian mislnya : Koperasi Hikmah, Koperasi BKMT (Badan Kontak Majlis Ta'lim), BMT (Baitul Maal Watta'lim), KUD, LSM dan KSM yang bergerak dibidang simpan pinjam.
- Pemberdayaan APT (Assosiasi Pedagang Tegalgubug).
- IPAS (Ikatan Pasar Sandang Tegalgubug).
- FORMAP (Forum Masyarakat Pedagang), dan lain – lain.
Imbas dari laju pesatnya perekonomian Desa Tegalgubug kayaknya sudah tidak terlihat lagi rumah berbentuk gubug seperti dalam sejarah sebuah nama Tegalgubug dan sekarang yang ada hanya permanent dan rumah mewah juga tak sedikit yang punya mobil dan naik haji, bahkan jamaah haji Desa Tegalgubug tak pernah sepi dari 50 orang jamaah, mungkin desa paling banyak jamaah hajinya per tahun dibanding desa lain.
Tapi kalau kita lihat dari segi strategi sistem management perekonomian orang atau warga Desa Tegalgubug bukan mengandalkan ilmu ekonomi, tapi mereka kebanyakan mamakai pengalaman lapangan terbukti mereka tamatan SD/MI atau SMP/MTs, bahkan ada yang tidak mengenyam pendidikan, juga ada awalnya tukang becak, ojek, petani, buruh. Akan tetapi mereka kaya – raya. Ternyata setelah diamati mereka menggunakan sistem strategi management sendiri yaitu menggunakan kiat – kiat pengalaman berdagang seperti : Teknis pengambilan darimana barangnya, bagaimana cara mengolahnya dan bagaimana cara menjualnya dan mereka tak segan membuka jarinagn pemasok atau memasok barang – barang di toko – toko besar di Jawa dan Bali bahkan ke mancanegara. "Teknis pengusaha yang berhasil atau sukses".
Namun walaupin demikian janagan diasumsikan atau dibayangkan orang – orang kaya Desa Tegalgubug gaya hidupnya ningrat dan parlente seperti para birokrat dan pegawai bank, tetapi mereka tetap sederhana mereka tetap menggelar pasarnya di pasar tradisional, mereka kepanasan dan kehujanan, barangkali sikap ini muncul sebagai implementasi sikap ketaatan beribadah orang Desa Tegalgubug yang memang santri. Sehingga membawa keberkahan dalam kehidupan warganya. Walaupun mereka kaya, tapi kebanyakan mereka tak menganggap bahwa kekayaan adalah segala – galanya. Sebagai bukti masjid – masjid masih penuh, jam'iyah masih pesat dan ketaatan terhadap agama masih cukup kuat.
Bahkan kita kagum banyak orang muda di Desa Tegalgubug yang usianya 40 tahun bahkan dibawah 30 tahun, telah sukses dibidang usahanya, terutama mereka adalah mayoritas santri yang masih menunjukkan identitas sejatinya, sebagai kelompok masyarakat yang mandiri, kelompok yang punya jiwa wiraswasta. Mereka yang sukses ini rata – rata masa mudanya banyak menghabiskan waktunya belajar di pondok pesantren seperti di daerah Kediri, Tuban, Sarang, Jombang, Yogya, Lasem, Tegalrejo, Kaliwungu, Banten, Madura, juga daerah Cirebon dan sekitarnya.
Kemudian perkembanagan perekonomian Desa Tegalgubug lambat laun mengalami perubahan. Ketika pada bulan maret 1994 diadakan Semiloka Nasional (Seminar dan Lokakarya) yang memecah warga Tegalgubug (Bad. Maret 1994, Hu "Cirebon Republika". Hal. :9), pengembangan pesantren kejuruan di Desa Tegalgubug Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon yang semula semiloka tersebut yang bertujuan sebgai percontohan keberhasilan ekonomi rakyat, namun pada praktek dan kenyataannya telah disalah gunakan oleh orang – orang yang punya kepentingan tertentu. Sehingga nama Desa Tegalgubug dapat dijual pada beberapa lembaga untuk dijadikan proyek percontohan keberhasilan ekonomi rakyat dengan teknis mengajukan tender pembangunan proyek pasar Desa Tegalgubug kepada Bupati.
Melihat kejanggalan tersebut diatas, sangat menghawatirkan peristiwa beberapa tahun lalu terulang lagi di Desa Tegalgubug. Konon pernah ada tokoh yang berhasil menjual nama kemajuan Desa Tegalgubug kepada pemerintah dan lembaga – lembaga asing dengan menagaku sebagai Pembina Koperasi Islam Desa Tegalgubug karena keberhasilan binaannya, kemudian ia memperoleh pinjaman ratusan juta rupiah dari bank pemerintah dan mendapat undangan dari negara – negara islam di Timur Tengah untuk menjelaskan keberhasilannya padahal sang Pembina tersebut tak lebih kurang dari seorang penipu.
Memang ekonomi Desa Tegalgubug dikenal sangat maju, tapi itu semua berjalan secara alami, pasalnya warga Desa Tegalgubug tersebut terkenal mau bekerja keras, jujur dan religius. Biarlah masyarakat Desa Tegalgubug berjalan apa adanya, tanpa harus dicampuri politik segala. Kejadian di Desa Tegalgubug menunjukkan bahwa warga Desa Tegalgubug itu tidak bodoh sudah dewasa cara pandang dan berfikir, juga dapat mengantarkan dirinya sendiri.
Letak Geografis Desa Tegalgubug
Daerah ini merupakan daerah pedesaan yang sangat strategis dan produktif di Wilayah Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon yaitu merupakan jalur lalulintas Jakarta – Cirebon. Adapun batas administrasinya adalah sebagai berikut :
Sebelah timur : Kecamatan Gegesk
Sebelah utara : Kecamatan Kaliwedi
Sebelah Selatan : Kecamatan Susukan
(Data diambil dari kantor Desa Tegalgubuglor Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon)
|
Pasar Induk Sandang Tegalgubug Jl. Raya Be Bass. Jalur lalulintas Jakarta – Cirebon. Buka setiap hari Sabtu dan Selasa |
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan dan uraian tentang isi kajian materi diatas sebagaimana kalau kita lihat, kita baca, dan kita tela'ah dengan teliti dan pro aktif.
Akhirnya penulis dapat menyimpulkan secara garis besar tentang beberapa penjelasan "Sejarah Dan Perkembangan Desa Tegalgubug" diantaranya adalah :
1. Tegalgubug pada masa kejayaannya.
2. Tegalgubug pada masa kemundurannya (erosi).
Tegalgubug pada masa kejayaan atau kepesatan, sebagaimana masa sejarah pembentukan sampai perkembangannya Desa Tegalgubug sempat menjadi perhatian, karena kejayaan dan kemajuannya. Siapakah yang tak kenal dengan sebutan Desa Tegalgubug … ?. sebuah desa yang kecil dan unik juga padat penduduknya, barangkali hingga saat ini juga sempat mencuat atau melejit dan berkibar namanya diberbagai bidang, baik bidang :
1. Agama dan pendidikan
2. Kebudayaan (peradaban)
3. Sosial (kemasyarakatan)
4. Ekonomi (bisnis)
Tegalgubug pada masa kemunduran (erosi) setelah berabad atau beratus tahun yang lalu sempat menjadi harum dan menjadi percontohan. Namun belakangan ini, Desa Tegalgubug sedang mengalami masa – masa transisi sosial atau disintegrasi sosial (krisis sosial) yang berimbas dari pesatnya pertumbuhan perekonomian rakyat juga sejalan dengan derasnya arus informasi dan komunikasi dunia global yang tidak selamanya membawa positif, akan tetapi ada yang membawa dampak negatif. Sejalan dengan perubahan itulah masyarakat Desa Tegalgubug mentalnya belum siap, dalam menerima perubahan itu. Terakhir ada sebuah pertanyaan ….. ? Barangkali masyarakat Desa Tegalgubug harus menerimanya kenyataan ini dan dijadikannya sebagai pijakan dan renungan ….. ! Apa yang harus kita kerjakan untuk lakukan hari – hari esok dan hari akan datang … ? Juga pertanyaan berikutnya. Apakah masa kejaan Desa Tegalgubug masih bisa dipertahankan … ? Jawabannya ada pada warganya atau masyarakatnya masing – masing. Apakah warganya mau memperbaiki dan mau mempertahankan masa ke emasan Desa Tegalgubug … ? Jawabanya terserah warganya. Dan pertanyaan terakhir. Apakah Desa Tegalgubug terus akan jaya atau pesat … ? Jawabannya, Wallahu A'lam …..
B. Saran – saran
Untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki didalam agama, dunia sampai akhirat hendaknya kita semakin mempertebal iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Tentunya penulis mempunyai saran – saran yang semoga bermanfaat dan berfaidah diantaranya yaitu :
1. Materi bukanlah jaminan untuk bahagia, dengan mendekatkan diri kepada Allah ketenanagan bathin akan bisa diperoleh.
2. Sejarah dan perkembangan Desa Tegalgubug tak lepas dari kronologis masa lampau yang sangat kontras dengan nilai – nilai perkembangan baik bidang agama (pendidikkan), sosial (kemasyarakatan), budaya (peradaban), ekonomi (bisnis). Tentunya tak lepas dari perjuangan tokoh legendaris yaitu Ki Gede Suro dan KH. Anwar Salifah yang telah menjadikan Pondok Pesantren Al Anwariyah atau Pondok Gede sebagai miniature Tegalgubug. Kiranya anda lebih mencari tahu lagi kepada sumber lain sebagai bahan pertimbangan dan acuan.
3. Wahai kaum muslimin dan muslimat, sangat tidak mungkin menjadi mulia, orang yang bodoh, yang menyepelekan orang – orang pandai dan tidak memperdulikan orang – orang yang berpikiran sehat, tidak mau merangkul ulama serta tidak senang melihat umat islam maju dalam segala bidang.
4. Bepegang teguhlah dengan sifat kemuliaan yang sejati, sebab itulah tali penghubung yang kuat antara kalian semua dengan Allah. Sama sekali tidak dapat dianggap mulia orang yang merampas kebebasan umat, memonopoli kekayaan umat, meremehkan dan berusaha menghancurkan mereka, demi kepentingan pribadinya.
5. Mengingat kemajuan zaman yang serba canggih dan moderen (mutakhir) ini umat islam janganlah mudah terpengaruh oleh budaya barat, lalu begitu saja meninggalkan adat ketimuran, dengan islam yang sempurna manusia bisa mengantarkan pada kehidupan yang bermakna.
Ungkapan indah terukir dihati paling dalam, mengiringi ta'dhim dan munajah, penulis panjatkan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Berkat do'a restu keluarga, para sesepuh, tokoh masyarakat dan sejarawan. Semoga nikmat dan rahmat Allah SWT. terus melimpah pada kita.
Sholawat dan salam Allah semoga senantiasa tercurahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan orang – orang yang sudi mengikuti apa yang beliau sampaikan.
Demikianlah hasil karya tulis sederhana ini, semoga menyadari akan kekurangan dan keterbatasan, tentunya masih memerlukan kajian ulang apabila kelak potensi – potensi budaya daerah ini dupayakan pada pembentukan materi budaya Tegalgubug hususnya dan Cirebon pada umumnya sebagai referensi yang memadai. Walaupun demikian penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam pembuatan karya tulis ini yang tentunya sesuai dengan kemampuan. Untuk memperbaikinya penulis mengharaplkan motivasi, saran dan kritik jug ide yang bersifat membangun sehingga dapat mencapai ujung tombak (puncak sasaran) dan terwujud lebih sempurna juga baik.
Kemudian maksud penulis dalam penyusunan karya tulis ini adalah untuk mengajak pembaca bertafakkur yang menumbuhkan kecintaan pada Allah dan Rasul-Nya sekaligus :
"Mendatangkan (berbuat) kebaikan kepada orang muslim dan memberikan kebahagiaan hatinya (Attausi')". (Tafsir Munir : 359 Juz II )
Menghibur para pembaca bila diantara para pembaca ada keresahan. Untuk menambah wawasan pengetahuan. Semoga bermanfaat, berguna dan berfaidah, banyak hikmahnya bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya, dapat menambah ilmu pengetahuan untuk lebih mendorong kebaikan segala amal ibadah kepada Allah SWT.
Untuk memudahkan membaca, penulis menggunakan nama Ki Gede Suro (Ki Suro) atau Ki Gede Suropati. Dan penulis tidak mencantumkan tempat, tanggal lahir atau wafatnya Ki Suro juga keturunan (silsilah), karena sampai sekarang dari berbagai sumber sejarah belum ada yang mengetahui data yang yang lebih akurat.
Wallahu A'lam
Uraian nama Ki Suro :
1. Ki Suro atau Ki Sura (Patih Suro atau Suropati)
Nama gelar (panglima, pejabat) yang diberikan oleh Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
Suropati artinya : Wani mati kanggo tegake agama islam (Bhs. Jawa)
"Berani mati demi tegaknya agama islam"
2. Ki Arya Suropati
Nama gelar (Panglima, pejabat)
Arya artinya : Pembesar Negara Cirebon
Suropati artinya : Berani mati demi tegaknya agama islam
3. Ki Gede Suro / Mbah Suro (Mbah Suropati)
Nama panggilan atau julukan (laqob)
4. Syaikh Abdurrahman
Nama asli.
Sumber : Mbah Mangli (Magelang), Bapak Ihsan Mansur (Tegalgubug) dan KH. Rohmatullah Muslim (Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwariyah) Tegalgubuglor Cirebon.
5. Syaikh Muhyiddin Waliyullah
Sumber : Bapak Masduki Sarpin (Pakar sejarah Cirebon) diambil dari Kitab Lygesta, tahun 1772. Karangan Ki Bandaluki Cirebon.
6. Ing Singa Sayahsyayuda atau Ing Singa Sayahsyuyunda.
Nama panggilan atau julukan (laqob) panglima perang.
Sumber : KH. Rohmatullah Muslim, K. Ahmad Haris Zaini dan Bapak Imron Rosyadi Syakur.
7. Syaikh Abdul Ghoni
Nama haji (H. Abdul Ghoni)
Sumber : Mbah Mangli (Magelang) dan Bapak Ihsan Manshur (Tegalgubug).
Referensi :
1. Al-qur'an Al Karim, Tulisan Rosm 'Usmani.
2. Al-Qur'an dan Terjemahnya, Depag RI. Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Pentafsir Al-Qur'an, Jakarta, 1 Maret 1971.
3. At Tafsir Al Munir, Al Allamah As Syaikh Muhammad Nawawi Al Jawy, Toha Putra, Semarang – Indonesia.
4. Tafsir Ibnu Katsir, Abi Fida' Isma'il Ibnu Katsir, Mesir, Dar Al Fikr.
5. Syu'ubul Iman, Abu Bakar Ahmad Ibnu Al Husain Al Baihaqie, Bairut, Dar Al Kutub Al Ilmiyah, cetakan pertama, tahun 1410.
6. Kamus Al Munawwir Arab – Indonesia Terlengkap, Ahmad Warson Munawir, cetakan ke empat belas 1997, edisi kedua, Pustaka Progresif, Surabaya – Indonesia. Januari 1997.
7. Ihya Ulumuddin, Al Imam Al Hamam Hujjatul Islam Atamul Aimmah Al A'lam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghozalie, Libanon, Dar Ibnu 'Ubud.
8. Ithaf As Saadati Al Muttaqien bi Syarkhi Ihya Ulumuddin, Al Allamah As Sayyid Muhammad bin Muhammad Al Husainie Al Zubaidie, Mesir, Dar Al Fikr.
9. Harian Umum Cirebon Republika, Bad. Edisi : Maret 1994.
10. Harian Umum Republika, SMD No : 169, Juli 1988.
11. Sekitar Komplek Makam Sunan Gunung Jati Dan Sekilas Riwayatnya, Hasan Basyri, Zul Fana Cirebon, tahun 1989.
12. Terjemah Idhatun Nasyi'in, H.M. Said An Naduri, Al Hidayah, 1 Muharram 1421 H.
13. Kamus Harian Pop[uler, Tth.
14. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Tth.
15. Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Leonardo D. Marsum, M. Surya Aditama, Y. Zulkarnain, G. Surya Alam. CV "Karya Utama". Surabaya.
16. Laygesta, Ki Bandaluki, Cirebon 1772.
17. Harian Umum Pikiran Rakyat, Masduki Sarpin (Pakar Sejarah Cirebon), "Kisah Masyarakat Cirebon. Tegalgubug Saksi Bisu Cinta Asmara Ki Suro", Edisi : Ramadhan, 1413 H/1993 M.
18. Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan Pedoman Petugas Pendaftar. Komisi Pemilihan Umum, Jakarta – Indonesia, Oktober 2002 – 2003.
19. Kamus Istilah Pengetahuan Populer, Mas'ud Hasan Abd. Qodir, Dkk. CV. Bintang Pelajar.
20. Kamus Ilmiyah Populer, Mas'ud Hasan Abdul Qohar, Edisi Lux, Bintang Pelajar.
21. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen, Muhammad Ali, Pustaka Aman Jakarta.
22. Harian Umum Cirebon Kompas, Mul / P, Edisi : Maret 1994.
23. Berkenalan dengan Antropologi, Posman Simanjuntak, Drs., Erlangga, Cet. Kedua 1997.
24. Harian Umum Republika, Syaefudin Simon, Edisi : Juli 1993.
25. Harian Umum Republika, Syaefudin Simon, Edisi : September 1993.
26. Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum & Sesudah Revolusi, William H. Frederick Soeri Soeroto, LP 3 ES.
27. Makalah Tegalgubug Desa Pesantren, Zamroni Irfan, Ustadz. Dkk.tahun 1999.
28. Mengenal Lebih Dekat 161 Situs di Kabupaten Cirebon, Badan Komunikasi Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon, 2008
......................................
............................................................
.......................................................................